Selasa, 30 Maret 2010

Simalungun


Permohonan beasiswa untuk Wikimania 2010 telah dibuka sekarang. Daftarkan sekarang!
[Sembunyikan]
[Bantulah kami menerjemahkan!]

Suku Simalungun

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Suku Simalungun
Jumlah populasi
3,5 juta jiwa (perkiraan 2008).
Kawasan dengan jumlah penduduk yang signifikan
Sumatra Utara: 3 juta jiwa.
Bahasa
Bahasa Simalungun (asli). Bahasa Indonesia dan bahasa Batak lain juga digunakan.
Agama
Kristen, Katolik, Islam, dan Animisme.
Kelompok etnis terdekat
suku Batak, suku Melayu, dan suku-suku non-Melayu lainnya di Sumatra Utara dan Sumatra bagian selatan.
Suku Simalungun adalah salah satu suku asli dari provinsi Sumatera Utara, Indonesia, yang menetap di Kabupaten Simalungun dan sekitarnya. Beberapa sumber menyatakan bahwa leluhur suku ini berasal dari daerah India Selatan. Sepanjang sejarah suku ini terbagi ke dalam beberapa kerajaan. Marga asli penduduk Simalungun adalah Damanik, dan 3 marga pendatang yaitu, Saragih, Sinaga, dan Purba. Kemudian marga marga (nama keluarga) tersebut menjadi 4 marga besar di Simalungun.
Orang Batak menyebut suku ini sebagai suku "Si Balungu" dari legenda hantu yang menimbulkan wabah penyakit di daerah tersebut, sedangkan orang Karo menyebutnya Timur karena bertempat di sebelah timur mereka.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Asal-usul

Terdapat berbagai sumber mengenai asal usul Suku Simalungun, tetapi sebagian besar menceritakan bahwa nenek moyang Suku Simalungun berasal dari luar Indonesia.
Kedatangan ini terbagi dalam 2 gelombang [1]:
  1. Gelombang pertama (Proto Simalungun), diperkirakan datang dari Nagore (India Selatan) dan pegunungan Assam (India Timur) di sekitar abad ke-5, menyusuri Myanmar, ke Siam dan Malaka untuk selanjutnya menyeberang ke Sumatera Timur dan mendirikan kerajaan Nagur dari Raja dinasti Damanik.
  2. Gelombang kedua (Deutero Simalungun), datang dari suku-suku di sekitar Simalungun yang bertetangga dengan suku asli Simalungun.
Pada gelombang Proto Simalungun di atas, Tuan Taralamsyah Saragih menceritakan bahwa rombongan yang terdiri dari keturunan dari 4 Raja-raja besar dari Siam dan India ini bergerak dari Sumatera Timur ke daerah Aceh, Langkat, daerah Bangun Purba, hingga ke Bandar Kalifah sampai Batubara.
Kemudian mereka didesak oleh suku setempat hingga bergerak ke daerah pinggiran danau Toba dan Samosir.
Pustaha Parpandanan Na Bolag (pustaka Simalungun kuno) mengisahkan bahwa Parpandanan Na Bolag (cikal bakal daerah Simalungun) merupakan kerajaan tertua di Sumatera Timur yang wilayahnya bermula dari Jayu (pesisir Selat Malaka) hingga ke Toba. Sebagian sumber lain menyebutkan bahwa wilayahnya meliputi Gayo dan Alas di Aceh hingga perbatasan sungai Rokan di Riau.

[sunting] Etimologi

"Simalungun" dalam bahasa Simalungun memiliki kata dasar "lungun" yang dapat memiliki makna "sunyi" atau "sedih." Karenanya terdapat beberapa versi mengenai asal-usul penamaan suku ini.

[sunting] Sunyi

Pada zaman kerajaan Nagur, terdapat beberapa panglima (Raja Goraha) yaitu masing-masing bermarga[2]:
  • Saragih
  • Sinaga
  • Purba
Kemudian mereka dijadikan menantu oleh Raja Nagur dan selanjutnya mendirikan kerajaan-kerajaan:
  • Silou (Purba Tambak)
  • Tanoh Djawa (Sinaga)
  • Raya (Saragih)
Selama abad ke-13 hingga ke-15, kerajaan-kerajaan kecil ini mendapatkan serangan dari kerajaan-kerajaan lain seperti Singhasari, Majapahit, Rajendra Chola (India) dan dari Sultan Aceh, Sultan-sultan Melayu hingga Belanda.
Selama periode ini, tersebutlah cerita "Hattu ni Sapar" yang melukiskan kengerian keadaan saat itu di mana kekacauan diikuti oleh merajalelanya penyakit kolera hingga mereka menyeberangi "Laut Tawar" (sebutan untuk Danau Toba) untuk mengungsi ke pulau yang dinamakan Samosir yang merupakan kependekan dari Sahali Misir (bahasa Simalungun, artinya sekali pergi).
Saat pengungsi ini kembali ke tanah asalnya (huta hasusuran), mereka menemukan daerah Nagur yang sepi, sehingga dinamakanlah daerah kekuasaan kerajaan Nagur itu sebagai Sima-sima ni Lungun (bahasa Simalungun untuk daerah yang sepi) dan lama kelamaan menjadi Simalungun. (M.D Purba, 1997)
Beberapa sumber juga menyatakan bahwa nama Simalungun itu diberikan oleh orang luar karena penduduknya sangat jarang dan tempatnya sangat berjauhan antara yang satu dengan yang lain.

[sunting] Sedih

Pada masa kedatangan Belanda, raja-raja di daerah Simalungun mengadakan perlawanan. Raja yang terkenal mengadakan perlawanan diantaranya adalah Raja Rondahaim dari Raya dan Raja Naualuh (Nawaluh) dari Siantar. Karena keterbatasan di bidang persenjataan dan logistik, akhirnya perlawanan raja-raja tersebut dapat diakhiri Belanda dengan penandatanganan Korte Verklaring (Perjanjian Pendek) tahun 1907.
Akibat penandatanganan perjanjian ini, raja-raja tersebut merasakan perasaan sedih karena terpaksa menandatangani dokumen tersebut padahal tidak bersedia tunduk pada pemerintah Belanda, dan bersepakat mengangkat nama Simalungun sebagai nama yang mewakili perasaan sedih mereka.
Kata Simalungun sendiri baru digunakan sebagai nama wilayah pemerintahan oleh pemerintahan kolonial Belanda.

[sunting] Kehidupan masyarakat Simalungun

Peta pembagian kecamatan-kecamatan Simalungun ke dalam Simalungun Atas dan Simalungun Bawah.[3][4] Akibat derasnya imigrasi, suku Simalungun hanya menjadi mayoritas di daerah Simalungun Atas.
Sistem mata pencaharian orang Simalungun yaitu bercocok tanam dengan padi dan jagung, karena padi adalah makanan pokok sehari-hari dan jagung adalah makanan tambahan jika hasil padi tidak mencukupi. Jual-beli diadakan dengan barter, bahasa yang dipakai adalah bahasa dialek. "Marga" memegang peranan penting dalam soal adat Simalungun. Jika dibandingkan dengan keadaan Simalungun dengan suku Batak yang lainnya sudah jauh berbeda.

[sunting] Sistem Politik

Pada masa sebelum Belanda masuk ke Simalungun, suku ini terbagi ke dalam 7 daerah yang terdiri dari 4 Kerajaan dan 3 Partuanan.[5]
Kerajaan tersebut adalah:
  1. Siantar (menandatangani surat tunduk pada belanda tanggal 23 Oktober 1889, SK No.25)
  2. Panei (Januari 1904, SK No.6)
  3. Dolok Silou
  4. Tanoh Djawa (8 Juni 1891, SK No.21)
Sedangkan Partuanan (dipimpin oleh seseorang yang bergelar "tuan") tersebut terdiri atas:
  1. Raya (Januari 1904, SK No.6)
  2. Purba
  3. Silimakuta
Kerajaan-kerajaan tersebut memerintah secara swaparaja. Setelah Belanda datang maka ketiga Partuanan tersebut dijadikan sebagai Kerajaan yang berdiri sendiri secara sah dan dipersatukan dalam Onderafdeeling Simalungun.
Selain 3 partuanan yang tersebut atas masih terdapat beberapa partuaan yang lain antara lain:
  1. Parbalogan (tuan parbalogan op.Dja Saip Saragih Napitu) yang wilayahnya dari parmahanan hingga ke tigaras
  2. Sipolha (tuan Am.Dja Banten Damanik) merupakan orang tua dari mantan Bupati Simalungun Dja Banten Damanik
  3. Sipintu angin (tuan op.S.Saragih Turnip) merupakan orang tua dari Saragih Ras. Yang hingga kini tugunya (tugu hoda bottar)masih terlihat di Perbatasan Panatapan Ds.Tigaras
  4. dll.
Partuanan-partuanan ini tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Belanda saat itu, di daerah dilakukan perlawanan perlawanan kecil secara bergerilya.

[sunting] Bahasa & Aksara

Bahasa Simalungun
Hata Simalungun
Dituturkan di Kabupaten Simalungun (Sumatera Utara, Indonesia)
Daerah Kabupaten Simalungun
Jumlah penutur 1 juta
Ranking -
Rumpun bahasa Austronesia
 Melayu-Polinesia
  Melayu-Polinesia Barat
Status resmi
Bahasa resmi di -
Diatur oleh -
Kode-kode bahasa
ISO 639-1 -
ISO 639-2 - 
Ethnologue edisi ke-14: -
ISO 639-3
Suku Simalungun menggunakan Bahasa Simalungun (bahasa simalungun: hata/sahap Simalungun) sebagai bahasa Ibu. Derasnya pengaruh dari suku-suku di sekitarnya mengakibatkan beberapa bagian Suku Simalungun menggunakan bahasa Melayu, Karo, Batak, dan sebagainya. Penggunaan Bahasa Batak sebagian besar disebabkan penggunaan bahasa ini sebagai bahasa pengantar oleh penginjil RMG yang menyebarkan agama Kristen pada Suku Ini.
Aksara yang digunakan suku Simalungun disebut aksara Surat Sisapuluhsiah.[6][7][8]

[sunting] Kepercayaan

Bila diselidiki lebih dalam suku Simalungun memiliki berbagai kepercayaan yang berhubungan dengan pemakaian mantera-mantera dari "Datu" (dukun) disertai persembahan kepada roh-roh nenek moyang yang selalu didahului panggilan kepada Tiga Dewa yang disebut Naibata, yaitu Naibata di atas (dilambangkan dengan warna Putih), Naibata di tengah (dilambangkan dengan warna Merah), dan Naibata di bawah (dilambangkan dengan warna Hitam). 3 warna yang mewakili Dewa-Dewa tersebut (Putih, Merah dan Hitam) mendominasi berbagai ornamen suku Simalungun dari pakaian sampai hiasan rumahnya.
Orang Simalungun percaya bahwa manusia dikirim ke dunia oleh naibata dan dilengkapi dengan Sinumbah yang dapat juga menetap di dalam berbagai benda, seperti alat-alat dapur dan sebagainya, sehingga benda-benda tersebut harus disembah. Orang Simalungun menyebut roh orang mati sebagai Simagot. Baik Sinumbah maupun Simagot harus diberikan korban-korban pujaan sehingga mereka akan memperoleh berbagai keuntungan dari kedua sesembahan tersebut.[9]
Patung Sang Budha menunggang Gajah koleksi Museum Simalungun, yang menunjukkan pengaruh ajaran Budha pada Masyarakat Simalungun.
Ajaran Hindu dan Budha juga pernah mempengaruhi kehidupan di Simalungun, hal ini terbukti dengan peninggalan berbagai patung dan arca yang ditemukan di beberapa tempat di Simalungun yang menggambarkan makna Trimurti (Hindu) dan Sang Buddha yang menunggangi Gajah (Budha).
Pada tahun 1850 sebagian orang Simalungun di kawasan Bandar, Batu Bara dan Siantar (Simalungun timur) memeluk agama Islam, dan semakin meningkat pertumbuhannya di awal abad ke-20 akibat perbauran dengan orang-orang suku Melayu.[10]. Penyebaran agama Islam agak terhambat karena adanya ajaran dalam agama ini yang mengharamkan pemeluknya untuk memakan daging Babi.
Walaupun misionaris kristen sudah bersentuhan dengan suku Simalungun sejak Henri Guillaume, yang ditempatkan Rheinische Missions-Gesselschaft (RMG) di Kuta Bukum, Karo (1899)[11] sering berkhotbah di depan orang Simalungun, tapi orang Simalungun baru menerima baptisan pada tanggal 19 September 1909 di Pematang Raya oleh Pdt. August Theis.[12]
Sistem pemerintahan di Simalungun dipimpin oleh seorang Raja, sebelum pemberitaan Injil masuk Tuan Rajalah yang sangat berpengaruh. Orang Simalungun menganggap bahwa anak Raja itulah Tuhan dan Raja itu sendiri adalah Allah yang kelihatan.

[sunting] Marga

[sunting] Harungguan Bolon

Terdapat empat marga asli suku Simalungun yang populer dengan akronim SISADAPUR[13], yaitu:
Keempat marga ini merupakan hasil dari “Harungguan Bolon” (permusyawaratan besar) antara 4 raja besar untuk tidak saling menyerang dan tidak saling bermusuhan (marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mangimbang munssuh).
Keempat raja itu adalah[14]:

[sunting] Raja Nagur bermarga Damanik

Damanik berarti Simada Manik (pemilik manik), dalam bahasa Simalungun, Manik berarti Tonduy, Sumangat, Tunggung, Halanigan (bersemangat, berkharisma, agung/terhormat, paling cerdas).

[sunting] Raja Banua Sobou bermarga Saragih

Saragih dalam bahasa Simalungun berarti Simada Ragih, yang mana Ragih berarti atur, susun, tata, sehingga simada ragih berarti Pemilik aturan atau pengatur, penyusun atau pemegang undang-undang.
Rumah Bolon Raja Purba di Pematang Purba, Simalungun.

[sunting] Raja Banua Purba bermarga Purba

Purba menurut bahasa berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Purwa yang berarti timur, gelagat masa datang, pegatur, pemegang Undang-undang, tenungan pengetahuan, cendekiawan/sarjana.

[sunting] Raja Saniang Naga bermarga Sinaga

Sinaga berarti Simada Naga, dimana Naga dalam mitologi dewa dikenal sebagai penebab Gempa dan Tanah Longsor.

[sunting] Marga-marga perbauran

Perbauran suku asli Simalungun dengan suku-suku di sekitarnya di Pulau Samosir, Silalahi, Karo, dan Pakpak menimbulkan marga-marga baru.
Selain itu ada juga marga-marga lain yang bukan marga Asli Simalungun tetapi kadang merasakan dirinya sebagai bagian dari suku Simalungun, seperti Lingga, Manurung, Butar-butar dan Sirait.

[sunting] Perkerabatan Simalungun

Orang Simalungun tidak terlalu mementingkan soal silsilah karena penentu partuturan (perkerabatan) di Simalungun adalah hasusuran (tempat asal nenek moyang) dan tibalni parhundul (kedudukan/peran) dalam horja-horja adat (acara-acara adat). Hal ini bisa dilihat saat orang Simalungun bertemu, bukan langsung bertanya “aha marga ni ham?” (apa marga anda) tetapi “hunja do hasusuran ni ham (dari mana asal-usul anda)?"
Hal ini dipertegas oleh pepatah Simalungun “Sin Raya, sini Purba, sin Dolog, sini Panei. Na ija pe lang na mubah, asal ma marholong ni atei” (dari Raya, Purba, Dolog, Panei. Yang manapun tak berarti, asal penuh kasih).
Sebagian sumber menuliskan bahwa hal tersebut disebabkan karena seluruh marga raja-raja Simalungun itu diikat oleh persekutuan adat yang erat oleh karena konsep perkawinan antara raja dengan “puang bolon” (permaisuri) yang adalah puteri raja tetangganya. Seperti raja Tanoh Djawa dengan puang bolon dari Kerajaan Siantar (Damanik), raja Siantar yang puang bolonnya dari Partuanan Silappuyang, Raja Panei dari Putri Raja Siantar, Raja Silau dari Putri Raja Raya, Raja Purba dari Putri Raja Siantar dan Silimakuta dari Putri Raja Raya atau Tongging.
Adapun Perkerabatan dalam masyarakat Simalungun disebut sebagai partuturan. Partuturan ini menetukan dekat atau jauhnya hubungan kekeluargaan (pardihadihaon), dan dibagi kedalam beberapa kategori sebagai berikut:[15]
  • Tutur Manorus / Langsung
Perkerabatan yang langsung terkait dengan diri sendiri.
  • Tutur Holmouan / Kelompok
Melalui tutur Holmouan ini bisa terlihat bagaimana berjalannya adat Simalungun
  • Tutur Natipak / Kehormatan
Tutur Natipak digunakan sebagai pengganti nama dari orang yang diajak berbicara sebagai tanda hormat.

[sunting] Pakaian Adat

Kain Adat Simalungun disebut Hiou. Penutup kepala lelaki disebut Gotong, penutup kepala wanita disebut Bulang, sedangkan yang kain yang disandang ataupun kain samping disebut Suri-suri.
Sama seperti suku-suku lain di sekitarnya, pakaian adat suku Simalungun tidak terlepas dari penggunaan kain Ulos (disebut Uis di suku Karo). Kekhasan pada suku Simalungun adalah pada kain khas serupa Ulos yang disebut Hiou dengan berbagai ornamennya.
Ulos pada mulanya identik dengan ajimat, dipercaya mengandung "kekuatan" yang bersifat religius magis dan dianggap keramat serta memiliki daya istimewa untuk memberikan perlindungan. Menurut beberapa penelitian penggunaan ulos oleh suku bangsa Batak, memperlihatkan kemiripan dengan bangsa Karen di perbatasan Myanmar, Muangthai dan Laos, khususnya pada ikat kepala, kain dan ulosnya.[16]
Secara legenda ulos dianggap sebagai salah satu dari 3 sumber kehangatan bagi manusia (selain Api dan Matahari), namun dipandang sebagai sumber kehangatan yang paling nyaman karena bisa digunakan kapan saja (tidak seperti matahari, dan tidak dapat membakar (seperti api). Seperti suku lain di rumpun Batak, Simalungun memiliki kebiasaan "mambere hiou" (memberikan ulos) yang salah satunya melambangkan pemberian kehangatan dan kasih sayang kepada penerima Hiou. Hiou dapat dikenakan dalam berbagai bentuk, sebagai kain penutup kepala, penutup badan bagian bawah, penutup badan bagian atas, penutup punggung dan lain-lain.
Hiou dalam berbagai bentuk dan corak/motif memiliki nama dan jenis yang berbeda-beda, misalnya Hiou penutup kepala wanita disebut suri-suri, Hiou penutup badan bagian bawah bagi wanita misalnya ragipanei, atau yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari yang disebut jabit. Hiou dalam pakaian penganti Simalungun juga melambangkan kekerabatan Simalungun yang disebut tolu sahundulan, yang terdiri dari tutup kepala (ikat kepala), tutup dada (pakaian) dan tutup bagian bawah (abit).
Menurut Muhar Omtatok, Budayawan Simalungun, awalnya Gotong (Penutup Kepala Pria Simalungun) berbentuk destar dari bahan kain gelap ( Berwarna putih untuk upacara kemalangan, disebut Gotong Porsa), namun kemudian Tuan Bandaralam Purba Tambak dari Dolog Silou juga menggemari trend penutup kepala ala melayu berbentuk tengkuluk dari bahan batik, dari kegemaran pemegang Pustaha Bandar Hanopan inilah, kemudian Orang Simalungun dewasa ini suka memakai Gotong berbentuk Tengkuluk Batik.

[sunting] Lihat pula

[sunting] Catatan kaki

  1. ^ Herman Purba Tambak, SIB 3 September 2006, hlm. 9
  2. ^ Pdt Juandaha Raya P Dasuha, STh, SIB, "Perekat Identitas Sosial Budaya Simalungun" 22 Oktober 2006
  3. ^ Laporan Daerah Tingkat II Simalungun, tahun 1963, P. Siantar, 1963, hlm. 2. Dimuat dalam: R.W. Liddle, Suku Simalungun: An Ethnic Group in Search of Representation, dalam Indonesia, Vol. 3, (Apr., 1967), hlm. 1-28.
  4. ^ Cornell South East Asia Program: William R. Liddle, Suku Simalungun: An Ethnic Group in Search of Representation.
  5. ^ J.P. Siboro (ed), 60 tahun Indjil Kristus di Simalungun, Pimpinan Pusat GKPS, P. Siantar, 1963, hlm. 7.
  6. ^ 80 Tahun Djariaman Damanik, Gaya Media Pratama, Jakarta, 2000, hlm. 335-336.
  7. ^ J.R. Hutauruk, Kemandirian Gereja, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1993, hlm.164.
  8. ^ F. Marodjahan Purba, Undang-undang ni Surat Simalungun, Kalangan Sendiri, Pamatang Raya, 1974, hlm.1-58.
  9. ^ De Resident der Oostkust op Sumatra, Nota van toelichting betreffende de Simeloengoensche landschappen Siantar, Panei, Tanah Djawa en Raja, Medan, 13 Mei 1909, hal.3-4 dalam Apulman Saragih, Gema Sinalsal, Skripsi STT Jakarta, 1979, hlm.12.
  10. ^ De Resident der Oostkust op Sumatra, Nota van toelichting betreffende de Simeloengoensche landschappen Siantar, Panei, Tanah Djawa en Raja, Medan, 13 Mei 1909 dalam Apulman Saragih, Gema Sinalsal, Skripsi STT Jakarta, 1979, hlm.11.
  11. ^ P. Sinuraya, Diakonia No.6 Sejarah Pelayanan GBKP di Tanah Karo, 1890-1940, Perc. Merga Silima, Medan, hlm.84-85 dalam Juandaha Raya P. Dasuha, Martin L. Sinaga, "Tole! Den Timorlanden das Evangelium!", Kolportase GKPS, Pematang Siantar, 2003, hlm. 108.
  12. ^ Susukkara 2008, Kolportase GKPS, 2008, halaman 448.
  13. ^ The Simalungun Protestant Church in Indonesia, a brief history, Kolportase GKPS, Pematang Siantar, 1983, hlm. 6
  14. ^ Pdt Juandaha Raya P Dasuha, STh, SIB(Perekat Identitas Sosial Budaya Simalungun) 22 Oktober 2006
  15. ^ Jaumbang Garingging, Palar Girsang, Adat Simalungun, Medan, 1975
  16. ^ Biranul Anas / Jonny Purba, Busana Tradisional Batak, Taman Mini Indonesia Indah
ASAL USUL SUKU BATAK


Sebetulnya, tidak diketahui secara pasti asal usul suku batak. Banyak versi yang menjelaskan asal usul suku batak.

Ada mitos yang dipercayai masyarakat sebagai asal usul suku Batak. Leluhur suku Batak adalah Si Raja Batak. Si Raja Batak dipercaya turun di Pusuk Buhit dari langit dan menjadi nenek moyang suku batak. Mitos ini sangat menyebar luas dan masih dipercayai sampai sekarang, namun walau seakan tak masuk akal, tapi mitos ini adalah asal usul suku batak yang terkuat.

Terdapat pula versi lain yang mengatakan bahwa leluhur suku Batak, Si Raja Batak datang dari Thailand melewati Semenanjung Malaysia dan menghuni Sianjur Mula Mula. Sianjur Mula Mula terletak di pinggiran Danau Toba sekarang.

Ada juga pendapat yang menjelaskan bahwa Si Raja Batak datang dari India melalui Barus atau Alas Gayo berkelana ke selatan dan bermukim di pinggir Danau Toba. Namun, dari berbagai versi tesebut meyakini bahwa leluhur suku Batak adalah Si Raja Batak.

Menurut versi sejarah, diperkirakan Si Raja Batak hidup sekitar tahun 1200-an. Dan diperkirakan pula Raja Sisingamangaraja merupakan keturunannya yang ke-19. Anak dari Sisingamangaraja, Si Raja Buntal adalah keturunan ke 20 dari Si Raja Batak.

Prof. Nilakantasari adalah seorang Guru Besar Purbakala dari India yang membaca sebuah Prasasti di Portibi menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan COLA dari India menyerang Sriwijaya yang menyebabkan bermukimnya 1500 orang Tamil di Barus. Dan pada tahun 1275 Majapahit menyerang Sriwijaya hingga menguasai daerah Pane, Haru, Padang Lawas.

Prasasti bertahun 1208 itu menjelaskan pula bahwa sekitar tahun 1400, Kerajaan Nakur berkuasa di sebelah timur Danau Toba, Tanah Karo dan sebagian Aceh.

Dengan memperhatikan tahun-tahun kejadian tersebut, dapat diperkirakan bahwa Si Raja Batak adalah seorang Aktivis kerajaan dari Barus (barat danau Toba) yang memiliki konflik dengan orang orang Tamil di Barus, sehingga ia mengungsi ke pedalaman. Lalu, akibat serangan Majapahit ke Sriwijaya, Si Raja Batak yang ketika itu seorang pejabat Sriwijaya, ditempatkan ke Portibi, Padang Lawas dan sebelah timur Danau Toba.

Keturunan Si Raja Batak, yaitu Si Raja Lontung, Si Raja Borbor, Si Raja Oloan dsb, sebenarnya tidak memiliki wilayah kerajaan maupun rakyat yang diperintah. Mereka diberi panggilan ‘Raja’ karena penghormatan dari para keturunannya. Anak Si Raja Batak yang lain adalah Guru Teteabulan, Raja Isumbon dan Toga Laut. Mereka dipercaya sebagai pembentuk marga-marga batak.

http://pandagarong.blogspot.com/2008/09/asal-usul-suku-batak.html

Kamis, 25 Maret 2010

Aku Setia Hingga ke Dalam Mimpi


Hiduplah seorang pemuda yang bernama Leo Saragih di debuh kota yang ramai, yaitu Surabaya. ia tinggal berdua bersama temannya di sebuah kamar kontrakan yang cukup nyaman buat istrahat. Leo telah memiliki kekasih yang bernama Ria Manik, tetapi mareka terpisah jauh oleh jarak demi menggapai cita-cita dengan menjadi mahasisa yang pastinya di PTN ternama.
Malam itu lebih tepat nya di sebut dini hari, tepat jam 01.00, 24-3-2010 seorang pemuda 18 tahun mulai mengantuk. tiba2, disampingnya Leo melihat Ayahnya. mereka hanya berdua tinggal di suatu rumah yang sempit tetapi bagus. leo pamitan kepada Ayahnya untuk pergi jalan2 sore. Tiba2 juga, Ia bertemu dengan seorang wanita, ia tidak mengingat siapa nama wanita itu krn Leo juga tidak melihat wajahnya. Gadis itu terlihat lebih muda, lebih pendek, dan memiliki rambut yang panjang. Rasanya Gadis ini sudah lama dekat dengan Leo. tiba2, muncullah ibu dari perempuan itu dan perempuan itu berkata kepada leo, "aku sudah lama memendam perasaanQ, aku mencintaimu." setelah kata-kata itu terucap, leo hanya terdiam dan wanita itu menunggu jawaban dari kata hatinya. lalu Leo berkata, "Aku memand telah lama mengenak mu, bahkan kita sudah saling mengenal dan aku sudah menganggap kamu itu seperti adik ku sendiri" air mata wanita itu pun menetes..
lalu ibu wanita itu berkata, ' jadi ga ada salahnya kan kamu jadikan dia kekasih mu?"
lalu Leo menjawab, " aku sudah punya kekasih bu, dan aku dangat mencintainya. Perasaan ku kepadanya sama seperti perasaan Ibu kepada suami ibu. jadi mana mungkin aku meninggalkannya, apalagi menduakannya.." Ibu itu pun kelihatan kecewa atas penolakan ku terhadap cinta anaknya. ibu itupun berkata kepada anak gadisnya, " kmu juga ga mau dibilangin, Ibu sudah bilang jangan berharap cintanya untuk mu," lalu ibu itu pun pergi.
wanita itu hanya menangis dan Leo berusaha menenangkannya dan memberi pengartian. akhirnya Leo mengantar pulang wanita itu dan kembali kerumahnya. tiba2,leo terkejut dan terbangun karena handphone leo berbunyi dan ia melihat ada pesan dari kekasihnya. Dand ia sadar renyata semua yang bru ia alami hanya mimpi, dan ia tersenyum sendiri karena ia mengingat mimpinya dan ia tetap setia pada kekasihnya, walaupun di dalam mimpi....

Kamis, 18 Maret 2010

Pemuda Simalungun


Simalungun merupakan slah satu suku batak yang ada di Sumatra Utara.,..
Simalungun terdiri dari 4 marga yang biasa disebut SISADAPUR (Sinaga, Saragih, Damanik, Purba)dan marga2 tersebut memiliki banyak cabang. Bila ditelusuri secara mendalam, simalungun merupakan suku batak yang tertua di sumatra utara Atau di Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari buku yang berjudul "Orang Simalungun" yang ditulis oleh
Akhir - akhir ini, etnis budaya simalungun sudah mulai terkikis, dan banyak Pemuda simalungun yang malu mengakui diri sebagai pemuda simalungun, Sekaranglah saatnya kitabuktikan n mari kita tunjukkan citra pemuda simalungun yang bermutu n selalulah bangga menjadi orang simalungun. cantumkanlah selalumarga kita disetiap biodata n keseharian kita... HORAS...

Senin, 08 Maret 2010

Arti Hidup

Hidup Qta penuh dgn warna warni..
Aq dilahirkan di sebuah kluarga yg byak cobaanNa..

Sejak kecil aq tinggal brsma dgn nenekQ..
N stelah bsar bru aq tnggal dgn ortuQ..
Jd,aq ma ortuQ ga kompak gtu..

Sperti ada jarak..
Aneh y...?

;>

Gelombang Cinta

Sakit Hati adalah sesuatu akibat dari dosa..
Qta yg ada didunia pasti pernah merasakanNa..
Bgi kaum Wanita sakit hati akan membuat mereka menangis..
Bahkan kaum pria jga bisa menangis krn sakit hati..

"Saat ini aq merasa kmu tidak membutuhkanMu..
Kmu ga mempedulikanQ..
Dah hal ini lah yg membuat aq sakit hati..

Tp Aq sadar,aq mungkin bukan org yg bisa kmu andalkan..
Aq tidak bisa jd org yg kau butuhkan..
Aq tidak bisa slalu mendampiNgimu saat kmu membutuhkanQ..

Mungkin ini memang takdirQ..
Aq hanya menambah bebanMu,aq tidak penting bgiMu,aq pnambah masalahMu,aq hanya menjadi pengganggu bgi org2 dsekelilingQ..

Maafkan aq jika aq telah memberatkan hdupMu.."

Bgitulah perasaan seseorang yg sedang mengalami sakit hati..

Tp,janganlah kmu berlena-lena dgn sakit htiMu..
Tumbuhkan lah smangat baru..!!

Wlpn susah,Qta hrus brusaha...

Gbu

Antara TAngis Dan Tawa

Menangis adalah salah satu jalan untuk menenangkan diri..

Menangis adalah obat untuk melepaskan luka di hati..

Menangis adalah suatu balasan dari rasa yg tak tertahan dan menyakit kan..

Tp,apakah Qta harus tetap menangis??

Aq tak dapat tersenyum bila ada yg menangis..
Krn,jika aq melihat yg menangis, hatiQ kan ikut menangis..

Inilah yg aq rasakan saat ini..

Rasa sakit yg mendalam terpancak di hatiQ..
Aq menangis dalam hati yg terluka sehingga luka itu semakin perih..

Aq ingin menghentikan tangisan itu,tetapi ia terus mengalir wlpn tanpa Qta sadari..

SayangQ..
Janganlah biarkan air mataMu terus mengalir di wajah indahMu..
Aq tau, cobaan ini sangat berat bagiMu..
Dan saat cobaan itu dtg,aq tidak bisa brada dsampingMu..

MelihatMu terus menangis,rasaNya hilang separuh dari semangat hidupQ..
Krn,kw lah yg bwt hidupQ yg suram dan kelam menjadi indah bewarNa dan terang..

Sudahilah tangisMu, krn tangisMu menggoreskan keperihan dihatiQ yg tidak bisa terobati tanpa senyumMu..

Tatap lah masa dpan yg menungguMu..
Jgn sayankQ terlarut dlm tangis yg merengut sparuh smangat hidup..

Tunjukkan lah bahwa dunia itu membutuhkanMu..
Sehingga orang2 yg kw sayangi membanggakanMu..

Berjuanglah demi diri sendiri dan demi org2 yg kau cintai..

Krn,tangis tak akan mengubah kenyataan..

Hadapilah kenyataan.dan jadilah lebih kuat...

Dan ingat,tangis dan tawa selalu terikat..

Tentukan pilihanMu..

Gbu

Puisi Unkapan Rindu Anak SMA

Catatan ini khusus bwt X-friendQ..
Dan umum buat smua org yg merasakan RINDU...

Rindu adalah suatu perasaan yg kdang2 dpat menyiksa n melemahkan Qta..

Rindu adlah salah satu keinginan jumpa dgn seseorang yg Qta cintai..

Hari ini aq berharap melepaskan rinduQ kepada org yg aq cintai..
Aq berusaha menemuiNya wlpn sbnarNa aq ga cukup wkt..

Ternyata,tak sperti yg aq hayalkan..
Baru sja aq menemuiNya dia hendak pergi..
Tp,aq senang uda liat wajahNya tersenyum untukQ..
Aq liat,dia bahagia bila bersma shbat2Nya..

Jd,aq relain dia pergi wlpn sbnrNa aq kangen bngat ma dia..

Tp,aq bersyukur bisa melihat senyumNa yg buat hatiQ tenang..

Aq berharap dia baik2 aza..
Sperti lagu wali "baik2 sayank"

aq kan slalu mencintaiMu dan MerindukanMu..
Wlpn Qta hrus berpisah scepatNya n untuk wktu yg lama, aq berharap tetaplah mencintaiQ hingga akhir usiaQ krn aq jg kan melakukan yg aq harap kan..

CyankQ, jgn lah lelah mencintaiQ..

Cinta kan membawaQ kembali kepadaMu..

Salam Sayank,

¥-friend$

Gbu

puisi perjuangan

Hadapilah segala pergumulanMu n jgn pernah lari dariNya..

Jgn minta pda Tuhan untk menjauhkan pergumulan itu..
tp,mintalah kekuatan tuk menghadapiNya..

Bila telah engkau lalui,kmu akan menjadi lebih kuat...

Gbu